LUAR ANGKASA
Luar
angkasa atau angkasa luar atau antariksa (juga disebut sebagai angkasa), merujuk ke bagian
yang relatif kosong dari Jagad Raya, di luar atmosfer dari benda "celestial".
Istilah luar angkasa digunakan untuk membedakannya dengan ruang udara dan lokasi "terrestrial".
Karena atmosfer Bumi tidak memiliki batas yang jelas, namun
terdiri dari lapisan yang secara bertahap semakin menipis dengan naiknya
ketinggian, tidak ada batasan yang jelas antara atmosfer dan angkasa.
Ketinggian 100 kilometer atau 62 mil ditetapkan oleh Federation Aeronautique Internationale merupakan definisi yang paling banyak
diterima sebagai batasan antara atmosfer dan angkasa.
Di Amerika Serikat, seseorang yang berada di atas
ketinggian 80 km ditetapkan sebagai astronot. 120 km (75 mil atau 400.000 kaki)
menandai batasan di mana efek atmosfer menjadi jelas sewaktu proses memasuki
kembali atmosfer (re-entry).
TEORI ASAL MULA ALAM SEMESTA
a)
Teori Letusan Hebat
Berbagai
teori tentang jagad raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai
kosmologi. Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia
menyempurnakan teori umumnya tentang relativitas, yang kemudian diterapkan pada
pendistribusian zat di luar angkasa. Pada tahun 1917 secara matematik
ditentukan bahwa tampaknya ada massa bahan yang hampir seragam yang
keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan olek
atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada
tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia muncul dengan pemecahan soal itu secara
lain, yang mengatakan bahwa kekuatan tolak tidak berperan bahkan jagad raya
terus meluas dan seluruh partikel terbang saling menjauhi dengan kecepatan
tinggi. Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat.
Sebelumnya, partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat
lagi. Dalam model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik
yang disebut “letusan hebat”.
Teori
letusan hebat rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman
sekarang, yang mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya sebanyak bintang
dalam galaksi Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan
berjalan dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah pusatnya yang padat. Akan
tetapi, pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli astronomi di
Observatorium Mount Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah
diamatinya sebenarnya menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan kecepatan
sampai beberapa ribu kilometer per-detik.
Rupanya
galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga keutuhan bentuk
internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara
sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau partikel
yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat diterapkan pada
berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.
Setelah terjadinya ledakan (big Bang), terjadilah
semacam bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta dipenuhi oleh
bola-bola api yang sangat panas dan padat. Dari bola-bola api inilah kemudian
terbentuk partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi, dari muatan-muatan
energi ini kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan
alam yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian
daya nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel dasar yaitu elektron, photon,
neutron dan lain-lain saling bertubrukan untuk kemudian membentuk proton dan
neutron. Selama masa ini sebagian besar energi masih berbentuk radiasi
(percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus mengembang dan perlahan-lahan
mulai mendingin. Pada tahap ini, inti atom hidrogen, helium dan litium mulai
membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta mulai memasuki tahap suhu yang cukup
dingin sehingga partikel-partikel elektron yang bermuatan negatif dapat berkait
dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan positif
untuk kemudian membentuk atom-atom yang netral.
Karena alam semesta terus membesar, kepadatannya
otomatis semakin berkurang dan suhunya juga semakin mendingin.
Proses pengembangan alam semesta terus berlanjut
dengan tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat
kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big Bang, sehingga menciptakan
gumpalan-gumpalan awan gas. Saat gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti
gumpalan gas tersebut juga bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga
terus meningkat panas sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah
bintang. Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa maka kelompok
bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang (galaksi).
Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet, bintang serta
galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.Seperti halnya proses
pembentukan bintang-bintang yang lain, bintang kita, yang kita kenal dengan
nama Matahati (sun) juga terbentuk dari gumpalan atau kantong awan gas.
Gumpalan awan gas yang berbentuk piringan yang sangat luas ini beterbangan
berputar-putar. Bagian tengahnya mulai padat dan memanas untuk kemudian menyala
menjadi bintang sementara materi sisa disekelilingnya saling bertumbukan,
menyatu dan menggumpal membentuk planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi
yang merupakan bagian kecil dari material yang menggumpal ini menjadi planet ke
tiga. Dengan suhunya yang relatif lebih dingin, memungkinkan terbentuknya
atmosfer pendukung kehidupan.
Pendukung Teori Big Bang
Teori Big Bang ini diajukan oleh Georges
Lemaitre pada tahun 1927, dia adalah seorang pendeta sekaligus ahli matematika
dari Belgia.
Bertahun-tahun kemudian, Edwin
Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta ini semuanya
bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan kecepatan yang sangat tinggi atau dapat
dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah. Apa yang dikemukakan
Hubble ini menguatkan teori Big Bang-nya Lemaitre.
Teori Big Bang juga memprediksikan bahwa ledakan
Big Bang telah meninggalkan seberkas cahaya radiasi (“background” radiation)
dan pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson berhasil menemukan radiasi
pertama ini, persis seperti yang diprediksikan dalam teori Big Bang.
Terbentuknya Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun kemudian, bentuk materi masih berupa
gas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini selanjutnya bintang-bintang berukuran
sangat besar mulai terbentuk tetapi hanya berusia pendek karena kemudian
meledak (supernova). Setelah meledak gas-gasnya menggumpal lagi, menjadi padat,
kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang lagi yang berukuran lebih kecil,
meledak kembali, demikian terus menerus untuk beberapa kali sampai akhirnya
terbentuk materi-materi berat di inti bintang-bintang yang meledak.
Materi-materi padat inilah yang kemudian membentuk benda-benda di alam semesta
seperti yang sekarang ini seperti planet-planet dll bahkan unsur-unsur
pembentuk tubuh kita sebagian besar dari materi-materi berat ini.
Jadi, materi-materi padat dibentuk di dalam inti
bintang melalui proses fusi nuklir (peleburan / penyatuan materi nuklir) dan
dimulai dari materi-materi ringan seperti hidrogen dan helium. Sementara
materi-materi yang lebih berat seperti karbon, oksigen, nitrogen hingga besi
dibentuk di dalam inti bintang karena memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan.
Materi-materi ini terlempar ke luar angkasa saat bintang-bintang tersebut
meledak.
b)
Teori Keadaan Tetap
Kalau kita
kembali ke tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji
teori letusan hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli
astro-fisika Inggris mengajukan teori yang lain, teori keadaan tetap yang menerangkan
bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang angkasa –asas kosmologi- tetapi
juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi yang sempurna. Jadi, asas kosmologi
diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi “sempurna” atau “lengkap” dan tidak
bergantung pada peristiwa sejarah tertentu. Teori keadaan tetap berlawanan
sekali dengan teori letusan hebat.
Dalam
teori kedua, ruang angkasa berkembang menjadi lebih kosong sewaktu berbagai
galaksi saling menjauh. Dalam teori keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa
zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa di antara berbagai galaksi,
sehingga galaksi baru akan terbentuk guna menggantikan galaksi yang menjauh.
Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal usul bintang
dan galaksi.
Penciptaan
zat berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima
secara skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu
hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar